Bilamanakah Blitar mulai bebrperan sebagai pusat Pemerintahan ?
Penentuan titi mangsa lahirnya Blitar sebagai pusat pemerintahan  merupakan jawaban atas masalah hari pendirian Pemerintah Daerah yang  kemudian menjadi Kabupaten Blitar. Dari berbagi prasasti yang dipandang  sebagai bukti  autentik seperti terurai atas, tidak terdapat sebuahpun  yang memuat nama Blitar sebagai nama tempat Pusat Pemerintahan. Suatu  hal yang pasti bahwa beberapa nama desa atau tempat yang disebutkan  dalam prasasti-prasasti itu berada atau termasuk wilayah Kabupaten  Blitar sekarang. Kenyataan itu membuktikan bahwa (sebagian) daerah  Blitar sejak sepuluh abad yang lalu telah menjadi pusat kehidupan  masyarakat yang penting. Berita agak pasti mengenai pertumbuhan Blitar  sebagai Pusat Pemerintahan mulai ada sejak awal pemerintahan Raja-raja  Majapahit. Sebagimana dapat dibuktikan dalam sejarah Kerajaan Majapahit  lahir setelah Raden Wijaya berhasil mengusir tentara Tartar Ku Bilai  Khan pada Tahun 1293 M. (Pararaton : 33)
Majapahit sebagai negara baru berpusat di dekat Mojokerta. Di bawah  pimpinan raden Wijaya sebagai Raja pertama, negara Majapahit tumbuh  dengan pesat. Suatu hal yang menarik dalam hubungan sejarah daerah  Blitar dari masa itu ialah adanya peningalan bangunan suci yang terletak  di Desa Kotes Kecamatan Gandusari.
Pada bangunan itu terdapat angka Tahun 1222 Saka dan 1223 Saka.  Dengan demikian bangunan tersebut berasal dari tahun 1300 dan 1301  Masehi (Knebel : 1908 : hal. 355). Dengan perkataan lain, bangunan itu  adalah sejaman dengan Pemerintah Raja Pertama Majapahit. Kenyataan di  atas membuktikan bahwa sejarah Blitar pada awal abab ke – XIV masih  menunjukkan wilayah yang penting. Apakah hubungan pendirian bagunan suci  itu dengan sejarah daerah ini ? Suatu petunjuk yang dapat memberikan  keterangan tentang hal itu antara lain terdapat sejumlah Prasatti dari  masa abad ke – XII Masehi di daerah sepanjang lembah Gunung Kawi sebelah  Barat. Ini menunjukkan bahwa daerah ini masih dapat dibuktikan  hingga  sekarang dengan adannya beberapa perkebunan. Faktor alamiah yang  menguntungkan ini menyebabkan adannya kehidupan masyarakat yang makmur.  Kemakmuran itu mendorong pertumbuhan penduduk yang besar dalam waktu  singkat. Walaupun tidak terdapat catatan tentang jumlah penduduk di  daerah bagian Timur ini, namun dapat diperkirakan bahwa dengan adanya  men-power maka daerah ini menjadi penting. Tersedianya tenaga manusia  yang cukup besar, merupakan salah satu jaminan pergerakan pasukan secara  mudah untuk suatu tujuan pertahanan maupun serangan.
Seperti halnya dalam prasati Tuhanyaru yang menyebutkan adanya  anugrah tanah kepada sejumlah pejabat kerajaan berhubung yang  bersangkutan telah berjasa kepada raja, maka prasasti Blitar pun memuat  peryataan yang sama. Dapat diketahui bahwa hubungan antara raja  Jayanegara dengan daerah Blitar mempunyai sifat yang istimewa. Hubungan  yang istimewa itu diperlihatkan pada penempatan sejumlah ha yang  diberikan kepada para pejabat, berhubungan dengan kesetiyaan desa Blitar  kepada raja.
Dalam hubungan ini peristiwa apakah yang terjadi sehingga raja berkenan untuk memberikan anugrah kepada penduduk desa Blitar.
Seperti diketahui Raja Jayanegara menjadi raja majapahit yang kedua,  mengantikan ayahnya Kerjarajasa Jayawardhana yang meninggal pada tahun  1309 M. Tentang Pemerintahannya ini ada dua sumber yang memberikan  keterangan agak berbeda. Kedua sumber tadi adalah Negarakertagama, yang  ditulis oleh Prapanca dan Pararaton yang tidak dicantumkan nama  penulisnya. Secara singkat sekali Negarakertagama menceritakan tentang  masa Pemerintahannya yang berlangsung antara tahun 1309-1328 Masehi.
Didalam Pupuh XLVII Prapanca melukiskan yang terjemahan dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut :
- Beliau meninggalkan Jayanegara sebagai raja Wilatikta dan keturunan  adiknya rajapadhi utama yang tiada bandingya, Dua puteri amat cantik,  bagai Ratih kembar mengalahkan Bidadari yang sulung rani di Jiwana,  sedangkan yang bungsu jadirani di Daha. 
- Tersebut pada Tahun Saka :  Muti-guna-memaksa rupa bulan-madu,  Baginda Jayanegara berangkat menyirnakan musuh ke Lumajang, Katanya  Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan, Giris miris segenap  jagad melihat kepiawaian Sri Baginda. 
- Tahun Saka : bulatan memanah suryah beliau pulang, Segera dimakamkan  didalam pura, berlambang arca Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat  tertegak area Wisnuparama. Di sela Petak dan Bubat tertegak area  Wisnu-lambang-tara-inda. Di Sukalila arca Buda permai sebagai Amoga  sidi-menjilma (Slamet Mulyana, 1953 : 42).
Dari puppuh tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa sesama  Pemerintahan Jayanegara menghancurkan pemberontakan Nambi. Semua  pemberontakan itu dapat di padamkan.
Suatu pemberontakan pecah lagi pada Tahun 1316 dan 1317 dibawah  pimpinan Kuti dan Seni. Pemberontakan itu mengakibatkan raja jayanegara  menghindarkan diri ke Desa Bedander dengan pengawasan pasukan  Bhayangkara dibawah pimpinan Gajah mada. Berkat siasat Gajah Mada,  Jayanegara berhasil naik tahta. Kuti dan Seni berhasil dibinasakan.  (Pararaton : 80-83). Kedua pemberitaan ini memberi petunjuk bahwa sesama  bawahan semasa Pemerintahan Jayanegara telah terjadi pemberontakan,  tetapi berhasil dipadamkan. Kenyataan diatas membuktikan bahwa  Jayanegara menghadapi masa yang sulit pada tahun pertama  Pemerintahannya. Kenyataan ini yang dapat memberikan keterangan , apa  sebabnya jayanegara mengeluarkan prasastinya tersebut diatas. Tidak  dapat diragukan lagi, bahwa penetapan prasasti di Blitar ini merupakan  perestiwa penting setelah Jayanegara ini merupakan titik peresmian  berdirinya swastanca Blitar dalam naungan kekuasaan Majapahit dibawah  Pemerintahan Jayanegara. Dan peristiwa yang penting itu, sesuai dengan  unsur penanggalan dalam prasasti, terjadi pada hari Minggu Pahing bulan  Srawana tahun Saka 1246, yang bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1324  M. Untuk masa-masa selanjutnya Blitar disebutkan dalam kitab  Negarakertagama dalam hubungannya dengan perlawanan Raja Hayam Wuruk ke  daerah-daerah Jawa Timur. Beberapa puluh tahun yang membuat hal  pemerintah hal itu sepanjang menyangkut Blitar serta tempat-tempat lain  di daerah sekitarnya tertulis pupuh-pupuh.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa :
- Tampilan Wilayah yang kini menjadi daerah Kabupaten Blitar, yang  paling tua tercatat dalam prasasti Kinewu dipahatkan pada belakang arca  Ganesa dari abab X. Prasasti itu memberikan petunjuk bahwa wilayah  Kabupaten Blitar, merupakan bagian dari kerajaan Balitung yang berpusat  di Jawa Tengah. 
- Ketika pusat Pemerintah pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur  sekitar abad ke-X, sejarah daerah Kabupaten Blitar dapat diketahui  berdasarkan prasasti-prasasti yang dikeluarkan oleh raja-raja dinasti  Isana. Selama Pemerintahan raja-raja ini berlangsung diantarannya awal  abad ke-X sampai dengan akhir abad ke-XII, beberapa tempat yang sekarang  termasuk Wilyah Kabupaten Blitar disebut dalam prasasti-prasasti  Pandelegan I 1117, Panumbangan I 1120, Geneng I 1128, Talang 1136, Japun  1144, Pandelegan II 1159, Mleri 1169, Jaring 1181, Semanding 1182,  Palah 1197, Subhasita 1198, Mleri I 1198 dan Tuliskriyo 1202. 
- Ketika kerajaan Singasari berkembang ada beberapa prasasti yang  berhubungan dengan daerah Kabupaten Blitar sekarang. Prasasti tersebut  dikeluarkan pada masa Pemerintahan Raja Kartanegara (1268-1292) yang  dikenal dengan prasasti Petung Ombo 1260 M. beberapa peningalan  purbakala yang berasal dari zaman Singasari seperti : patung Ganesa dari  Boro dan Candi Sawentar membuktikan bahwa semasa Pemerintahan raja-raja  Singasari, daerah Kabupaten Blitar telah memegang peranan yang penting.  
- Pada zaman majapahit kedudukan daerah Kabupaten Blitar menjadi  sangat penting. Hal itu terbukti dengan adanya candi Kotes yang  didirikan pada masa Pemerintahan Pendiri Kerajaan Majapahit yaitu  Nararya Wijaya atau Kerta Rajasa Jayawardana (1294-1309). Candi makam  raja itu terletak di desa Sumberjati dukuh Simping Kecamatan  Suruhwadang. 
- Saat yang sangat penting bagi pertumbuhan sejarah Kabupaten Blitar  dewasa ini terdapat pada masa Pemerintahan Raja Jayanegara (1309-1328).  Salah satu prasastinya ditemukan di desa Blitar sekarang. Prasasti  tersebut dikenal dengan prasasti Blitar I yang bertarikah “Swasti  sakawarsatita 1246 Srawanamasa tithi pancadasi Suklapaksa wu para wara  ….” atau 5 Agustus 1324 Masehi. Prasasti ini memuat saat berdirinya  Blitar sebagai daerah Swatantra. 
- Masa-masa pemerintahan Raja-raja Majapahut kemudian, nama Blitar  berkali0kali disebutkan dalam kitab nagarakertagama yang ditulis moleh  Pujangga : Prapanca. Naskah ini selesai ditulis bertepatan dengan 1  Oktober 1363 M. blitar dan tempat-tempat lain telah dikunjungi oleh raja  Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajahmada dalam rangka perjalanan Raja Hayam  Wuruk ke Wilayah Jawa Timur yang dimulai pada Tahun 1357 M. 
- Beberapa peningalan yang berupa candi membuktikan bahwa sepanjang  abad XIV hingga akhir abad XV kedudukan Blitar semakin penting. Hal ini  terbukti dari adanya candi Penataran yang merupakan candi negara  sebagian besar berasal dari masa Pemerintahan Jayanegara hingga  Wikramawardhana (1389-1429). Peninggalan dari raja terakhir ini sekarang  terdapat di lereng Gunung  Kelud yang sekarang dikenal dengan nama  Candi Gambar Wetan (1429M). 
Maka berdasarkan uraian diatas diambil keputusan bahwa HARI LAHIR KABUPATEN BLITAR ialah 5 AGUSTUS 1324