Pengurus Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) akhir-akhir ini menjadi primadona. Organisasi ekonomi mikro yang lahir di tengah pedesaan itu, perlahan-lahan menjadi lembaga bisnis yang dinamis. Siapa sangka sejumlah BUMDES di Kabupaten Blitar tiba-tiba menjadi pusat perhatian pelaku ekonomi sejumlah pemerintah daerah se-Indonesia.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kabupaten Blitar, Drs. Agus Budi Handoko, M.Si menginformasikan, baru saja ada kunjungan kerja dari beberapa kabupaten di Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Bali, yang melihat dari dekat, kinerja sejumlah BUMDES di Kabupaten Blitar. “Ya langsung kita arahkan, mana yang sesuai dengan tipikal masyarakat mereka,” kata Agus Budi Handoko kepada Majalah Penataran.
Saat ini memang ada beberapa BUMDES yang layak dibanggakan oleh masyarakat Kabupaten Blitar. Sebut saja seperti BUMDES Desa Minggirsari, Desa Purworejo, Desa Bakung, Kebonduren, Dayu, dan sebagainya. Lembaga-lembaga ekonomi tersebut secara fenomenal menjadi satelit dan dinamisator perekonomian desa.
Hasil spektakuler ini merupakan terobosan Drs Agus Budi Handoko sejak didapuk menjadi Kepala Bapemas Kab Blitar. Ia tidak ingin sekedar berleha-leha ketika dipercaya memimpin lembaganya. Prinsip awal memasuki kantornya harus pro aktif. “Namanya saja badan pemberdayaan, maka harus berpikir produktif,” katanya.
Pada saat itu ada sebuah peraturan daerah (perda) yang tergolong seret sejak dilahirkan. Ibarat hidup enggan, mati tak mau. Perda itu adalah Perda no 14 Tahun 2006 tentang Badan usaha Milik Desa yang lahir tanggal 18 Desember 2006. Setelah dicermati, pemicunya terletak pada keterlibatan sejumlah instansi yang diberi amanah melaksanakan perda tersebut.
Guna efeketivitas dan efisiensi, Bapemas akhirnya ditunjuk sebagai pelaksana perda tersebut. Bagi Agus Budi Handoko, tak ada ‘kata mundur’. Peta perekonomian masyarakat segera dipelajari. Organisasi-organisasi kemasyarakatan dibenahi secara masif. Sejumlah Unit Pelaksana Keuangan (UPK) yang telah terbentuk di desa-desa, segera dianalisis. Diagnosa itu perlu untuk menentukan strategi operasional BUMDES.
Memontum itu ditemukan dengan memodifikasi para pelaksana program Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan (Gerdu Taskin). Sejumlah UPK direvitalisasi menjadi BUMDES. Kemudian dilakukan injeksi dengan menggenjot program. Sejumlah BUMDES pun menggeliat, berusaha menunjukkan eksistensinya. Ada yang cepat, namun ada pula yang terlambat panas. Namun sinyal grafik kemajuan mulai kentara.
Tak ayal, sejumlah BUMDES mulai berjalan. Kegiatan harian berinteraksi dengan masyarakat sudah terjalin. “Kita terus mengajak instansi lain untuk memperkuat keberadaan BUMDES,” lanjut Agus. Konkritnya, paket-paket program yang diturunkan dari pusat maupun provinsi, diarahkan ke BUMDES, daripada membentuk organisasi ad hock yang lebih rumit eksesnya daripada progress-nya.
Ia mencontohkan BUMDES “Maju Makmur” dari Minggirsari, yang semula mengelola hanya mengelola kegiatan dana simpan-pinjam, akhirnya menangani jasa pembesaran sapi, jasa asuransi Kesejahteraan Sosial, dan lain-lain. Dampak langsung dengan penambahan program itu, adalah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi tersebut.
Boleh jadi inilah prestasi terkini Bapemas Kabupaten Blitar yang melahirkan lembaga-lembaga ekonomi khas pedesaaan. Melihat trend kemajuan pesat sejumlah BUMDES percontohan, agaknya perlu dikembangkan di seluruh desa untuk memiliki BUMDES untuk membangun masyarakat desa.
Boks: Profil BUMDES “Maju Makmur” di Minggirsari
Teguh Jalankan Amanah
Bekas aula PKK yang usang, saat ini telah disulap menjadi kantor sekaligus pertokoan BUMDES “Maju Makmur”. Letaknya strategis, karena berada di tepi jalan arteri memasuki Desa Minggirsari. Di ruang toko sebelah kiri, tampaklah tumpukan pupuk. Di pintu toko tertulis pengumuman “Harga Pupuk Turun”. Daya tarik tersendiri, bagi siapapun yang akan masuk toko. Sedangkan di bilik kanan, dipakai kantor operasional simpan-pinjam. Tak ubahnya praktik perbankan.
Hariyanto, Ketua Maju Makmur duduk di meja kerjanya sambil berdiskusi dengan sejumlah staf pelaksana. Gayeng, khas desa. Reporter Penataran tanpa kikuk langsung beradaptasi dengan situasi tersebut.
“Ruang ini dulu nganggur. Lalu pelan-pelan kita benahi, sambil menjalankan kegiatan simpan-pinjam,” kata Hariyanto. Ia mengawali membangun BUMDES ini setelah ada gerakan revitalisasi pengurus UPK. Pasalnya UPK Minggrisari mati suri antara tahun 2003-2007. Ia dipercaya memimpin gerakan membangun BUMDES, bersama Tim 9 yang terdiri atas perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat.
Dengan menggenggam Perdes no 04/06/BUMDES/2008, ia dan kawan-kawannya dipercaya menjalankan program bantuan keuangan dari propinsi maupun sharing dari Pemkab Blitar. Dengan kerja keras dan kegigihan, kredit yang tersalurkan ke masyarakat akhirnya bisa kembali dalam jumlah yang lebih baik. Lampu hijau untuk maju, pikir Hariyanto.
“Ya, dalam organisasi seperti ini harus ada ketegasan,” resep pria berputra tiga itu. Di lapangan, ia tidak segan-segan menagih warga yang memang memiliki tanggungan keuangan yang harus dikembalikan ke program. Kedisiplinan itu diterapkan secara sungguh-sungguh.
Akibatnya, karena kemauan dan komitmennya sangat jelas, Pemkab Blitar meluncurkan program-program lain. Ada paket bantuan sapi perah, kemudian program asuransi, serta aneka program lainnya. “Ya, dengan kerjasama yang baik antar pengurus, nyatanya kita menjadi nominasi lima belas UPK se Jawa Timur,” kata pria yang mengaku lulusan SPG ini.
Sampai berita ini ditulis, BUMDES Maju Makmur tercatat memiliki nasabah kredit sebanyak 173 orang, dengan omset uang ratusan juta rupiah yang berputar. Uniknya lagi, saat ini penabung sebanyak 61 nasabah dengan omzet mencapai Rp 81 juta. Ini sebuah lompatan besar, organisasi yang dibentuk masyarakat tetapi sudah memiliki tingkat kepercayaan untuk menyimpan tabungan masyarakat.
Kegiatan pengurus BUMDES Maju Makmur makin hari semakin banyak saja. Selain mengurusi distribusi pupuk, saat ini sibuk menerima tamu yang melakukan studi banding. Mereka berasal dari seluruh Indonesia. “Kami ini yang penting terus bekerja saja. Wong mendapat amanah seluruh warga desa. Perkara, kemudian banyak tamu, ya kita ikut menularkan ilmunya saja lah,”kata suami Siti Zulaikah itu santai, khas desa.
Sumber: Majalah Penataran Kab. Blitar