Kabupaten Blitar memiliki potensi yang besar dalam bidang perikanan. Lahan yang mendukung, tersedianya bahan organik cukup, air irigasi yang tersedia, teknologi mendukung dan tersedianya tenaga kerja yang terampil. Beberapa jenis ikan konsumsi air tawar seperti Lele, Nila, dan Gurami sampai saat ini tetap menjadi ikan yang paling diminati oleh masyarakat di Kabupaten Blitar. Tidak terlewatkan pula adalah ikan “Hiu Air Tawar” atau ikan Patin yang menjadi menu andalan banyak rumah makan di daerah ini. Dimana konsumsi ikan Patin atau banyak dikenal ikan “Jendil” ini di Kabupaten Blitar sangat tinggi, hal itu terbukti dari penjualan ikan Patin segar yang mencapai 8 kuintal per hari di pasar ikan Glondong Kanigoro saja.
Dahulu ikan “Jendil” atau ikan Patin dikenal oleh masyarakat di Kabupaten Blitar merupakan ikan tangkapan dari sungai Brantas, namun dengan semakin berkembangnya teknologi, kini ikan Patin sudah mulai dibudidayakan. Ironis, dalam perkembangannya produksi ikan Patin di Kabupaten Blitar sangat jauh tertinggal dibandingkan daerah lain. Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Blitar, Ir. M. Krisna Triatmanto, MSi dalam suatu kesempatan menghimbau kepada Petani untuk lebih jeli menyikapi perubahan iklim dewasa ini dengan memanfaatkan peluang dan teknologi yang ada. Dari sudut pandang teknis, banyak solusi-solusi potensial yang mudah atau setidaknya mungkin untuk dilakukan dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi yang ada sekarang. Untuk dampak yang tidak dapat dihindarkan, ada banyak strategi adaptasi dan mitigasi yang dapat dilakukan. Bagaimanapun kita harus bertindak dan berpikir positif tanpa menjadi pesimis.
Solusi Pemecahan Masalah Iklim
Ikan Patin (Pangasius sp) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, baik pada tahap pembenihan maupun pembesaran. Dengan fluktuasi suhu dan pH air yang ekstrim akibat perubahan iklim, bersama ikan Lele, ikan Patin ini masih mampu beradaptasi dengan baik. Hal inilah yang banyak menjadikan alasan dipilihnya ikan Patin dibandingkan dengan komoditas perikanan konsumsi yang lain sebagai salah satu solusi pemecahan perubahan iklim dewasa ini.
Budidaya Pembesaran Ikan Patin
Sampai saat ini, pemijahan ikan Patin masih dilakukan secara buatan. Caranya melalui pemberian rangsangan hormon gonadotropin untuk proses pematangan akhir gonad. Namun karena disebabkan oleh beberapa faktor, usaha pembenihan ikan Patin masih sulit ditemui di Kabupaten Blitar. Untuk menjalankan usaha budidaya pembesaran ikan Patin, Bapak Ismangil, salah satu petani anggota kelompok tani di desa Karanggayam Kecamatan Srengat harus mendatangkan benih dari luar daerah.
Selama masa pemeliharaan perlu kondisi yang optimum agar ikan patin yang ditebar dengan kepadatan tinggi dapat berkembang dengan baik. Suhu dan pH (keasaman) air tempat pemeliharaan perlu diatur. Standar kualitas air yang diperlukan untuk pemeliharaan yakni pada kisaran optimum suhu 28o sampai 30oC dengan pH 6,5 sampai 8. Secara hitung-hitungan bisnis, biaya yang paling besar tidak lain yakni pakan, dengan FCR (Feed Convertion Rasio) mencapai 1,2. Yaitu untuk mendapatkan 1 kg daging ikan patin membutuhkan pakan sebanyak 1,2 kg.
Pemberian pakan pada budidaya pembesaran ikan Patin ini tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan takaran kebutuhannya. Hal ini disebabkan karena ikan patin termasuk ikan yang rakus, sehingga berapapun pakan yang diberikan akan tetap dikonsumsi sampai batas tertentu. Pakan diberikan 2-3 kali dalam sehari dengan dosis 3-5% dari total berat biomassa yang ada. Pemberian pakan pada siang hari harus lebih banyak dibandingkan dengan pagi atau sore hari. Jika pemberian pakan hanya dilakukan dua kali sehari, pemberian dilakukan pada pagi dan sore hari dengan porsi sore hari lebih besar. Dalam tahap pembesaran ini, pakan yang diberikan disarankan memiliki kandungan protein 28%.
Pemanenan ikan patin
Pemanenan dilakukan setelah ikan patin mencapai ukuran konsumsi (400-750 gram/ekor atau lebih) atau sesuai permintaan pasar. Lama pemeliharaan sangat tergantung pada ukuran benih patin yang ditebar.
Biasanya lama pemeliharaan mencapai 6 bulan dengan ukuran benih tebar 2 – 3 inchi.
Analisa Usaha Budidaya Ikan Patin
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
1
|
Benih
|
Rp. 500
|
2
|
Biaya pakan 1kg patin
|
1,2 x Rp. 5.500 = Rp. 6.600
|
3
|
Tenaga kerja dan obat-obatan Rp. 100/ekor
|
Rp. 100
|
Jumlah
|
Rp. 7.200
| |
Harga Jual
|
Rp. 11.000
| |
Laba/kg ikan
|
Rp. 3.800
| |
B/C Rasio
|
1,53
|
*harga bisa berubah sewaktu-waktu.
UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT
SILAHKAN MENGHUBUNGI :
BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BLITAR
Jln. WR Supratman No 11
Telp/Fax (0342) – 802080 Kode Pos 66133
|
yuuup
BalasHapusbeli bibitnya di blitar apa sudah ada?
BalasHapus