Kamis, 05 Juli 2012

Purnama Seruling Penataran (PSP) Ke-II Tahun 2012

Salam Nusantara!
Malam ini Sabtu, 10/12 adalah malam pentas Ke-II Purnama Seruling Penataran (PSP) di Tahun 2012. Masih seperti malam bulan purnama yang telah lalu, pelataran Candi Penataran selalu dipadati oleh ribuan pasang mata, penggemar Purnama Seruling Penataran yang setia.
Hening terasa ketika video trailler PSP mulai diputar. Pandangan mata penonton tertuju di satu titik, sebuah layar lebar yang menyajikan cerita jaman dahulu tentang proses penemuan, pemugaran hingga keindahan Candi Penataran saat ini. Semuanya diam menikmati seolah tak ada yang ingin terlewatkan.
PSP Ke-II Tahun 2012 dibuka dengan pertunjukan musik Gampring (Gambang Pring) oleh seniman tradisional Blitar. Kemudian Suling Flute yang dimainkan seniman-seniman dari kota Solo. Lalu Sintren Tayub dari Malang pimpinan Raymond sebelum kemudian tampil pertunjukan utama berupa sendra tari dengan lakon Gagakaking dan Bubhuksah yang dimainkan oleh seniman-seniman dari Dewan Kesenian Kabupaten Blitar (DKKB).
Gagakaking dan Bubhuksah merupakan cerita imajinatif yang bernafas religi yang diambil dari relief Candi Penataran. Mengutarakan cerita tentang cita-cita dan hakikat pembebasan jiwa menuju alam murni yakni moksa, melalui dua tokoh utama sang kakak : Gagakaking dan sang adik : Bubhuksah.
Masing-masing memilih jalan yang berbeda. Gagakaking menjalankan tapanya dengan memakan makanan yang tidak bernyawa (tumbuh-tumbuhan) sehingga tubuhnya kurus kering (aking). Sedangkan Bubhuksah, seperti namanya yang mengandung arti si pelahap menjalankan tapanya dengan memakan makanan yang bernyawa.
Namun demikian, dari kedua perilaku yang sangat berbeda itu keduanya memiliki kesamaan yakni mengagungkan nilai sebuah satya atau kesetian terhadap pilihan keyakinan yang dianggap benar dengan segala konsekuensinya.
Setelah melewati ujian dari seekor harimau putih dari kayangan, keduanya lantas dibawa ke surga dengan Bubhuksah duduk di punggung harimau sedangkang Gagakaking bergelantungan memegang ekor sang harimau. Sesampainya di surga mereka pun disambut oleh para dewa, kemudian masing-masing diberi tempat sesuai dengan tapanya.
Hebat! Dewan Kesenian Kabupaten Blitar mampu menyajikan cerita yang hanya samar-samar terpahat di relief Candi Penataran itu dengan sangat hidup. Tidak ada penonton yang mencibir. Namun sebaliknya, seperti melintas batas waktu dan angan-angan penonton dibuat larut mengalir dalam cerita.
Cerita Gagakaking dan Bubhuksah pun semakin indah manakala musik pengiringnya juga sangat menawan. Kolam Sidharta –seniman dari Kec. Wlingi, malam itu memperkenalkan alat musik ciptaannya yang terbuat dari pipa air (PVC). Bentuknya unik menyerupai gambar pada relief Candi Penataran. Dan meskipun agak asing, namun suaranya sangatlah padu dan merdu.
Purnama Seruling Penataran malam ini lantas ditutup dengan penampilan tari kontemporer kolaborasi seniman-seniman dari Swedia, Portugal, Afrika Selatan dan Polandia. Bule-bule muda mahasiswa ISI (Institut Seni Indonesia) – Surakarta ini beraksi dengan begitu bersemangat menggunakan properti dari beras dan alat memasak Jawa.
Ada yang berbeda malam ini. Pertunjukan PSP tidak hanya ada di pendopo teras Candi Penataran bagian depan. Di sisi kanan pintu masuk pelataran Candi Penataran, disitu ada Mbah Diman dan Mbah Prapto serta seniman-seniman lain dari Solo yang sedang melaksanakan ritual jamasan dan proses pembuatan senjata pusaka (gaman).
Dan tidak seperti biasanya pula, di pendopo teras sebelah utara juga digelar pertunjukan wayang kulit yang mengambil lakon Banjaran Gatut Kaca oleh Ki Dalang Anom Dwijo Kanto. Tamu undangan yang datang pun juga terbilang cukup istimewa. Selain ada Rektor ISI – Solo, bersama Bupati, tampak H. Harmoko – Ketua Yayasan Kertagama Jakarta. ● moza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

WARGA SUMBERASRI DALAM MEMPERINGATI HARI BUMI

              Sekitar seribu lebih peserta Jelajah Lereng Kelud tingkat Jawa Timur antusias mengikuti jelajah alam menyusuri pegunungan...