Masyarakat Jawa Timur bisa bernafas lega dan tidak lagi takut untuk mengkonsumsi daging sapi, karena sejauh ini Jatim tak pernah melakukan impor daging sapi segar dari Amerika Serikat (AS). Jatim hanya mengimpor daging sapi segar dari Australia, pun hanya untuk kebutuhan pabrikan, hotel, restoran serta supermarket kelas premium.
"Tidak perlu takut. Jatim aman dari rembesan daging impor sapi gila yang berasal dari Amerika. Karena selama ini kita selalu mengimpornya dari Australia dan bukan dari Amerika. Volumenya pun cukup kecil, hanya sekitar 1 persen dari total konsumsi di Jatim," ujar Kepala Dinas Peternakan Jatim, Suparwoko dikonfirmasi, Selasa (1/5)
Dikatakan Suparwoko, selama ini Jatim masih impor daging sapi dari luar negeri, khususnya Australia. Namun volumenya sangat kecil, hanya sekitar 937 ton per tahun. Biasanya, impor dilakukan melalui Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
"Bahkan dari Januari hingga April 2012, volume impor yang sudah dilakukan tercatat sebesar 267 ton. Dan ini hanya untuk memenuhi kebutuhan pabrikan, seperti pabrik penyedap rasa, hotel, restoran dan supermarket kelas premium," ujar Suparwoko..
Impor daging, lanjut dia, dilakukan karena kualitas daging dalam negeri masih belum bisa memenuhi standar mereka. Hal ini terjadi karena belum tersedianya Rumah Potong Hewan (RPH) yang higienis dan modern. Sehingga daging yang dihasilkan tidak bisa memenuhi standar kualitas yang mereka tentukan.
"Sebenarnya, secara kualitas sapi kita sudah mampu menggantikan daging impor, tapi untuk mendapatkan daging kualitas prima harus didukung oleh RPH yang higienis dan modern agar daging yang dihasilkan bagus. Ini yang kita tidak memiliki. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan mereka impor masih harus dilakukan," ujarnya.
Sementara kebutuhan daging konsumsi untuk wilayah Jatim sepenuhnya dipenuhi dari produksi Jatim sendiri, mengingat Jatim adalah penghasil sapi terbesar di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari besarnya produksi daging di tahun 2011 yang mencapai 140.000 ton. Selain itu, Jatim juga selalu mengirimkan produksinya untuk suplai luar Jatim.
Selain itu, guna pengamanan lebih maksimal, Jatim juga telah memperketat masuknya daging impor ke wilayah Jatim dengan mendirikan pos pemantauan di sejumlah titik perbatasan, diantaranya di Bulu Tuban, Mantingan dan Widodaren Ngawi, Gadekan Ponorogo, Donorejo Pacitan dan Padangan Bojonegoro.
"Untuk wilayah Tuban dan Ngawi, selain dengan pihak kepolisian, kami juga bekerjasama dengan bea dan cukai," ujarnya.
Sumber: Kominfo Jatim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar