Era keterbukaan informasi yang didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), menjadikan dunia seakan tanpa mengenal batas wilayah. Manusia dengan mudah dan cepat dapat mengakses informasi yang dibutuhkan. Kondisi ini, apabila tidak diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dalam memilah dan memilih informasi yang tersedia secara transparan berdampak pada kontra produktif dalam kerangka pembangunan di segala bidang.
Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Waradesa memiliki peran strategis dalam upaya menjawab tantangan tersebut, karena KIM sebagai komunitas masyarakat informasi yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia merupakan masyarakat sadar informasi yang diharapkan dapat berperan menjadi fasilitator untuk menjembatani kesenjangan komunikasi dan informasi yang terjadi antara pemerintah dengan masyarakat (top down) atau sebaliknya antara masyarakat dan pemerintah (bottom up).
KIM Waradesa sebagai agen informasi, berperan aktif mendistribusikan informasi yang perlu diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan langkah antisipatif yang bermanfataan untuk menopang aktivitas mereka.
Sekarang ini, katanya, baru 13 % anggota KIM yang mampu mengakses internet. Padahal di era teknologi komunikasi seperti saat ini, informasi paling cepat dan lengkap hanya didapat dari akses di internet, selebihnya dari media lain. Kondisi inilah yang melatarbelakangi kenapa proses penggabungan antara Telecenter Bumi Penataran dengan KIM di Kabupaten Blitar segera dilakukan. Agar informasi tidak hanya dimonopoli oleh sebagian anggota KIM, tetapi lebih merata,
Telecenter Bumi Penataran adalah Balai Informasi yang berbasis internet. Ini merupakan program pemerintah dalam menempatkan internet di pedesaan untuk mengatasi kesenjangan informasi antara perkotaan dan pedesaan.
Menurut Kepala Bidang Pemberdayaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Diskominfo Jatim, Drs Mardijono MSi, sejak berdirinya telecenter Bumi Penataran di Kabupaten Blitar ini, akses terhadap informasi dan sarana komunikasi telah mampu memberikan wahana dan memberikan layanan serta membuka kesempatan baru bagi masyarakat pedesaan. “Dari keberhasilan inilah, perlu dilakukan sinergisitas antara telecenter dan KIM,” katanya. “Ini juga dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa KIM kegiatannya hanya condong kepada pengembangan ekonomi produk unggulan daerah,” tambahnya.
Dia mengingatkan, seharusnya KIM berisi kelompok masyarakat yang peduli pada pemanfaatan informasi. Antara lain untuk mengembangkan usaha masyarakat, seperti mencari teknik dan inovasi baru, melihat kecenderungan pasar, peluang-peluang pasar yang semuanya bisa dengan mudah diakses lewat internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar