Jakarta, Kompas - Pengeluaran untuk pelayanan kesehatan di Asia Pasifik akan meningkat 151 persen, yakni mencapai 2.027 miliar dollar AS. Pasar kesehatan di kawasan ini mewakili 34,6 persen pasar kesehatan global pada tahun 2015.
Adapun belanja kesehatan di Indonesia akan mencapai 47 miliar dollar AS pada tahun 2020, dengan pertumbuhan 8,1 persen selama periode 2010-2020.
Prediksi itu disampaikan oleh Rhenu Bhuller, Vice President Healthcare, Frost and Sullivan Asia Pasifik, Selasa (6/3), di Jakarta.
Prediksi pasar kesehatan ini didasarkan pada pertumbuhan kelas menengah dan penambahan populasi usia tua yang telah mengubah konfigurasi layanan jasa kesehatan dan strategi pasar yang dilakukan.
Populasi Asia diperkirakan tumbuh hingga 4,5 miliar jiwa pada tahun 2050, mencakup 60 persen dari populasi dunia. ”Saat ini ada 4,8 juta keluarga Asia dengan pendapatan di atas 50.000 dollar AS per tahun dan diharapkan akan tumbuh 3-5 persen untuk Asia Tenggara,” ujar Bhuller menguraikan.
Meningkatnya populasi diikuti dengan peningkatan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan dengan pembangunan pesat rumah sakit. Rumah sakit yang telah terakreditasi bertambah hampir tujuh kali lipat selama 6 tahun terakhir (2005-2011).
Meningkatnya permintaan layanan kesehatan ini berdampak pada prosedur rutin di rumah sakit, seperti pemeriksaan rawat jalan, pemeriksaan USG, dan foto rontgen.
Tingkatkan kualitas
Menurut Lutfi Mardiansyah, Chairman International Pharmaceutical Manufacturer Group, Indonesia harus meningkatkan kualitas dan fasilitas pelayanan kesehatannya. Bila tidak, banyak kalangan menengah atas akan ke negara lain yang lebih baik pelayanannya.
”Saat ini saja sekitar 70 persen pasien di Singapura adalah warga Indonesia,” katanya.
Bhuller menambahkan, Indonesia perlu meningkatkan upaya preventif atau pemeliharaan kesehatan daripada upaya kuratif (pengobatan) yang sekarang masih menjadi fokusnya.
Alasannya, biaya pengobatan bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan pemeliharaan kesehatan. Saat ini belanja kesehatan di Indonesia sebagian besar untuk pengobatan.
”Biaya kesehatan dapat ditekan hingga 50 persen bila pemerintah meningkatkan upaya pencegahan,” kata Bhuller. (YUN)
Adapun belanja kesehatan di Indonesia akan mencapai 47 miliar dollar AS pada tahun 2020, dengan pertumbuhan 8,1 persen selama periode 2010-2020.
Prediksi itu disampaikan oleh Rhenu Bhuller, Vice President Healthcare, Frost and Sullivan Asia Pasifik, Selasa (6/3), di Jakarta.
Prediksi pasar kesehatan ini didasarkan pada pertumbuhan kelas menengah dan penambahan populasi usia tua yang telah mengubah konfigurasi layanan jasa kesehatan dan strategi pasar yang dilakukan.
Populasi Asia diperkirakan tumbuh hingga 4,5 miliar jiwa pada tahun 2050, mencakup 60 persen dari populasi dunia. ”Saat ini ada 4,8 juta keluarga Asia dengan pendapatan di atas 50.000 dollar AS per tahun dan diharapkan akan tumbuh 3-5 persen untuk Asia Tenggara,” ujar Bhuller menguraikan.
Meningkatnya populasi diikuti dengan peningkatan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan dengan pembangunan pesat rumah sakit. Rumah sakit yang telah terakreditasi bertambah hampir tujuh kali lipat selama 6 tahun terakhir (2005-2011).
Meningkatnya permintaan layanan kesehatan ini berdampak pada prosedur rutin di rumah sakit, seperti pemeriksaan rawat jalan, pemeriksaan USG, dan foto rontgen.
Tingkatkan kualitas
Menurut Lutfi Mardiansyah, Chairman International Pharmaceutical Manufacturer Group, Indonesia harus meningkatkan kualitas dan fasilitas pelayanan kesehatannya. Bila tidak, banyak kalangan menengah atas akan ke negara lain yang lebih baik pelayanannya.
”Saat ini saja sekitar 70 persen pasien di Singapura adalah warga Indonesia,” katanya.
Bhuller menambahkan, Indonesia perlu meningkatkan upaya preventif atau pemeliharaan kesehatan daripada upaya kuratif (pengobatan) yang sekarang masih menjadi fokusnya.
Alasannya, biaya pengobatan bisa mencapai 10 kali lipat dibandingkan pemeliharaan kesehatan. Saat ini belanja kesehatan di Indonesia sebagian besar untuk pengobatan.
”Biaya kesehatan dapat ditekan hingga 50 persen bila pemerintah meningkatkan upaya pencegahan,” kata Bhuller. (YUN)
Dikutip Dari :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar