Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Perkebunan Jawa Timur
selama tiga tahun terakhir terus meningkat dengan capaian Rp 2 triliun
per tahun. Jika tiga tahun lalu PDRB mencapai Rp 14 triliun, kini
meningkat menjadi Rp 20 triliun.
“PDRB sebesar Rp 20 triliun ini
adalah jumlah dari seluruh komoditi perkebunan Jawa Timur seperti tebu,
tembakau, kopi, kakao, cengkeh, cabe jamu, dan banyak komoditi yang
lain. Ini bisa dicapai karena seluruh masyarakat perkebunan Jatim dalam
tiga tahun terakhir berada pada jalur yang benar (on the track),” kata
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Moch Samsul Arifien, Rabu (3/9).
Samsul
memberikan contoh capaian komoditi tebu yang merupakan penyumbang PDRB
perkebunan terbesar yaitu nilainya mencapai Rp 10 triliun. Pada tiga
tahun yang lalu luasan areal tebu di Jatim 198 ribu hektare sekarang
telah menjadi 217 ribu hektare di mana hal ini belum pernah terjadi
sebelumnya.
Luasan ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah
Jatim menanam tebu. Walaupun disinyalir ada rembesan tebu dari luar
Jatim masuk ke PG di Jawa Timur, namun ternyata jumlahnya sedikit
sekitar 2 ribu hektare, sehingga luasan areal Jatim tetap tinggi yaitu
215 ribu ha.
Menyikapi tentang rendemen yang masih menjadi
permasalahan klasik, Samsul mengungkapkan telah dilakukan
langkah-langkah seperti terbitnya Perda Rendemen, Audit Efisiensi PG, serta pembentukan Tim Rendemen oleh Ditjenbun.
Untuk komoditi tembakau Jawa Timur tetap berkomitmen untuk meningkatkan produksi tembakau terutama tembakau virginia
melihat kenyataan bahwa pabrik rokok masih mengimpor tembakau jenis ini
dari Cina. Tembakau yang menyumbang PDRB Jatim sebesar Rp 3 triliun
ternyata menghasilkan nilai cukai yang sangat besar yaitu 75% dari cukai
nasional.
Jika pada tahun 2014 ini cukai nasional diprediksi
mencapai Rp 104 triliun, maka Jawa Timur menyumbang sebesar sekitar Rp
76 triliun, yang mana angka ini melampaui keuntungan seluruh perusahaan
BUMN dengan keuntungan hanya mencapai Rp 35 triliun.
Menyorot
komoditi kopi, Samsul mengungkapkan bahwa produksi kopi perkebunan
rakyat dan perkebunan besar di Jawa Timur berkisar antara 56 sampai 60
ribu ton per tahun. Dari jumlah tersebut, konsumsi untuk masyarakat Jawa
Timur masih rendah, yaitu sekitar 0,5 – 0,7 kg per orang per tahun atau
untuk seluruh masyarakat Jawa Timur mencapai sekitar 17 ribu ton per
tahun. Sisa 40 ribu ton tersebut akan diekspor.
Namun kenyataan di
lapangan, lanjutnya, nilai ekspor kopi Jawa Timur mencapai 77 ribu ton.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat aliran masuk kopi dari luar Jawa
Timur untuk diekspor lewat Jawa Timur. Kopi Jawa Timur memang telah
diakui memiliki nama di pasar dunia seperti Kopi Bondowoso/kawasan Ijen
Raung yang telah memiliki sertifikat IG (Indikasi Geografis) dikenal
dengan nama Java Coffee. Juga terdapat Kopi Dampit yang ke depan juga akan mengajukan sertifikasi IG.
Untuk komoditi kakao, Samsul kembali mengungkap keberhasilan kakao rakyat di zona
pantai selatan dari Pacitan sampai Banyuwangi yang telah mengembalikan
produksi kakao Jawa Timur seperti kondisi perkebunan besar 7 tahun yang
lalu yaitu dengan produksi 35 ribu ton. Mengingat konsumsi kakao dari
masyarakat kita yang masih rendah, Kadisbun berharap agar ditingkatkan
dengan menghidangkannya pada acara-acara sebagai alternatif pendamping
dari minuman kopi yang sudah membudaya.
Menghadapi MEA (Masyarakat
Ekonomi ASEAN) pada tahun 2015, Samsul berharap masyarakat perkebunan
harus siap dengan komoditi perkebunan yang telah diekspor selama ini.
Jawa Timur memang dikenal telah mengekspor berbagai komoditi baik yang
berasal dari Jawa Timur maupun dari wilayah Indonesia
Timur. Berbagai komoditi ekspor perkebunan tersebut adalah tebu
(diekspor bentuk molases), kopi, jambu mete, lada, dan pala dengan nilai
yang cukup tinggi sekitar Rp 7 triliun. (afr) sumber: http://kominfo.jatimprov.go.id/watch/41166
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
WARGA SUMBERASRI DALAM MEMPERINGATI HARI BUMI
Sekitar seribu lebih peserta Jelajah Lereng Kelud tingkat Jawa Timur antusias mengikuti jelajah alam menyusuri pegunungan...
-
Budidaya Lele merupakan salah satu budidaya agribisnis yang perlu mendapat perhatian serius. Selain karena permintaan pasar untuk ikan lele ...
-
Saat ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mencangkan program e-KTP atau KTP elektronik sebagai pengganti KTP (kartu tanda penduduk) yan...
-
Blitar,- Dewan minta ada pembinaan pada TKI-TKW menyusul remiten yang masuk setiap tahun cukup besar. Menurut keterangan Wakil Ketua ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar